Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Kasus HIV/AIDS di NTB Tembus 2.490, Kota Mataram Terbanyak

Kasus HIV/AIDS di NTB Tembus 2.490, Kota Mataram Terbanyak

Kasus kumulatif HIV/AIDS di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) terus meningkat, mencapai 2.490 kasus sejak tahun 2001 hingga pertengahan 2025. Fenomena ini, yang digambarkan seperti "gunung es," menunjukkan bahwa angka yang terdata mungkin hanyalah sebagian kecil dari total kasus sebenarnya.

Kepala Dinas Kesehatan NTB, Lalu Hamzi Fikri, mengungkapkan bahwa Kota Mataram masih menjadi daerah dengan kasus tertinggi di NTB. Hingga Juni 2025, Kota Mataram mencatat 929 kasus, dengan rincian 493 kasus HIV dan 436 kasus AIDS. Sebanyak 139 orang dari jumlah tersebut dilaporkan meninggal dunia.

Pola Penularan dan Tantangan

Secara umum, penularan HIV di NTB masih didominasi oleh hubungan seksual berisiko, terutama di kalangan Lelaki Seks Lelaki (LSL). Selain itu, kasus juga ditemukan pada populasi umum, pasangan berisiko tinggi, penderita TBC, serta kelompok lainnya seperti waria, pekerja seks, dan warga binaan pemasyarakatan.

Salah satu tantangan terbesar dalam penanggulangan HIV di NTB adalah stigma yang masih melekat, yang menyebabkan banyak penderita HIV (ODHIV) enggan terbuka kepada keluarga dan pasangan. Hal ini menghambat upaya pencegahan dan pengobatan, serta meningkatkan risiko penularan. Selain itu, keterbatasan anggaran program dan sulitnya menjangkau komunitas berisiko tinggi juga menjadi kendala.

Upaya Pencegahan dan Harapan

Dinas Kesehatan Provinsi NTB tidak tinggal diam. Berbagai program pencegahan terus digalakkan, di antaranya:

Pemberian PrEP (Profilaksis Pra Pajanan) untuk mencegah penularan pada kelompok berisiko seperti LSL, WPS, dan pasangan ODHIV.

Skrining dan pengobatan Infeksi Menular Seksual (IMS).

Edukasi dan sosialisasi melalui videotron, media sosial, serta kerja sama dengan kampus, sekolah, dan fasilitas kesehatan swasta.

"Jangan sampai penularan lebih banyak lagi, termasuk kepada istri dan anak," kata Fikri, menegaskan pentingnya kolaborasi semua pihak—pemerintah, swasta, dan komunitas—untuk menekan angka kasus HIV/AIDS di NTB.