Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Larangan Medsos Picu Gelombang Protes Berujung Ricuh di Nepal

Demonstrasi yang berujung bentrokan di Nepal pada Senin (8/9/2025) malam menelan korban jiwa sedikitnya 19 orang. Aksi massa yang dipicu oleh larangan media sosial ini, ternyata juga menyuarakan isu korupsi dan ketidaksetaraan ekonomi yang telah lama mengakar.

Larangan Medsos Picu Gelombang Protes Berujung Ricuh di Nepal

Pemerintah Nepal pekan lalu memblokir 26 platform media sosial populer seperti Facebook, X, Instagram, dan YouTube. Kebijakan ini segera memicu protes besar, khususnya dari kalangan Generasi Z (berusia 13-28 tahun) yang merasa hak berekspresi mereka dikekang.

Ribuan pemuda turun ke jalan di dekat gedung parlemen di Kathmandu. Mereka membawa poster bertuliskan "cukup sudah" dan "akhiri korupsi", menunjukkan bahwa kemarahan mereka bukan hanya soal media sosial.

Seorang demonstran, Sabana Budathoki, mengatakan kepada BBC bahwa larangan media sosial hanyalah "alasan" untuk berkumpul. "Fokus utama semua orang adalah pada korupsi," katanya. "Kami ingin negara kami kembali. Kami datang untuk menghentikan korupsi."

Menurut laporan Economic Times, gelombang protes ini semakin membesar setelah kampanye bertajuk "Nepo Kid" viral di media sosial. Kampanye ini menyoroti gaya hidup mewah anak-anak pejabat yang kontras dengan kesulitan ekonomi yang dihadapi warga biasa.

Bentrokan pecah ketika demonstran mencoba menerobos kawat berduri dan mendekati gedung parlemen. Polisi antihuru-hara terpaksa mundur sebelum akhirnya melepaskan tembakan, peluru karet, menggunakan pentungan, dan meriam air untuk membubarkan massa. Menteri Komunikasi Nepal, Prithvi Subba, membela tindakan aparat, mengatakan bahwa kekerasan terpaksa digunakan untuk mengendalikan situasi.

Sebagai respons atas protes tersebut, pemerintah Nepal mencabut larangan media sosial setelah pertemuan darurat. Perdana Menteri Khadga Prasad Sharma Oli menyatakan "sangat berduka" atas korban jiwa, namun menuduh kerusuhan itu akibat "infiltrasi kelompok berkepentingan."

PM Oli berjanji membentuk tim investigasi, memberikan kompensasi finansial bagi keluarga korban meninggal, dan perawatan gratis bagi korban luka. Sementara itu, Menteri Dalam Negeri Ramesh Lekhak mengajukan pengunduran diri setelah mendapat kritik keras atas penanganan demo ini.

Dr. Badri Risal dari National Trauma Center menyebutkan bahwa banyak korban mengalami luka serius akibat tembakan di kepala dan dada. Ini menunjukkan betapa mencekamnya situasi saat bentrokan terjadi.