JAKARTA - Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengemukakan pandangannya bahwa mesin ekonomi Indonesia telah berjalan timpang selama dua dekade terakhir. Ia membandingkan kondisi ekonomi di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Dalam 20 tahun terakhir, mesin ekonomi kita pincang. Satu sisi, swasta yang mendominasi, di sisi lain, hanya pemerintah yang berjalan," kata Purbaya dalam acara Great Lecture Transformasi Ekonomi Nasional: Pertumbuhan yang Inklusif Menuju 8% di Jakarta, Kamis (11/9/2025).
Menurut Purbaya, pada masa pemerintahan SBY, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu mencapai di atas 5%, bahkan mendekati 6%. Pertumbuhan ini ditopang oleh sektor swasta. Ia memaparkan, saat itu pembangunan infrastruktur tidak masif, namun pertumbuhan kredit perbankan mencapai 21% dan peredaran uang (M0) rata-rata tumbuh 17%.
Kondisi sebaliknya terjadi di era Jokowi. Meskipun pembangunan infrastruktur gencar, laju pertumbuhan ekonomi hanya berada di bawah 5% karena sektor swasta melambat.
Purbaya menyoroti data pertumbuhan uang beredar yang rata-rata hanya 7%, bahkan sempat mendekati 0%. Pertumbuhan kredit perbankan juga di bawah 10%. "Bangun infrastruktur sebanyak apa pun hanya menggerakkan sektor pemerintah, sementara sektor swasta lambat atau bahkan berhenti," ujarnya.
Rasio utang pemerintah terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di era Jokowi juga lebih tinggi, yaitu rata-rata 34,31%, dibandingkan era SBY yang sebesar 31,65%.
Purbaya juga mengkritik kebiasaan pemerintah yang menempatkan dana hingga Rp800 triliun di Bank Indonesia (BI), padahal dana tersebut berasal dari utang dengan bunga sekitar 7%. Hal ini, menurutnya, merupakan bentuk pemborosan yang ikut mengeringkan likuiditas di pasar. Ia juga menyalahkan BI yang ikut "mengeringkan" sistem finansial dengan menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).
Purbaya memperingatkan bahwa jika kondisi ini tidak segera diperbaiki, Indonesia akan jatuh ke dalam "jebakan ekonomi." Situasi ini berpotensi memicu pemecatan massal dan kesusahan di masyarakat. "Kita sedang dibunuh. Kalau ekonomi seperti ini, saya melihatnya ini jebakan ekonomi, tinggal tunggu jatuhnya kalau tidak cepat-cepat diperbaiki," tegasnya.
Sebagai langkah awal, Purbaya telah memindahkan dana pemerintah sebesar Rp200 triliun dari BI ke perbankan. Kebijakan ini diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan uang beredar sebesar 15-20% dalam waktu dekat, dengan dampak ekonomi yang diperkirakan terlihat dalam satu hingga dua bulan ke depan.
"Nanti kalau sudah saya perbaiki, pertumbuhan ekonomi 6-6,5% bisalah. Baru kita perbaiki mesin-mesin yang lain," tutup Purbaya.