Hot Posts

6/recent/ticker-posts

Dugaan Kelalaian Puskesmas Berujung Kematian Dua Warga, Dinkes Lombok Timur Beri Teguran

Dugaan Kelalaian Puskesmas Berujung Kematian Dua Warga, Dinkes Lombok Timur Beri Teguran

LOMBOK TIMUR - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Lombok Timur merespons cepat sorotan publik terkait dugaan kelalaian pelayanan medis yang menyebabkan meninggalnya dua warga di Puskesmas Sukaraja dan Puskesmas Montong Betok. Meskipun demikian, pihak Dinkes baru sebatas memberikan teguran kepada para tenaga kesehatan yang terlibat.

Kepala Dinkes Lombok Timur, Pathurrahman, menegaskan bahwa pihaknya tidak tinggal diam. Ia mengimbau seluruh tenaga kesehatan untuk meningkatkan keterampilan, pengetahuan, dan yang paling penting, memperbaiki sikap dalam melayani pasien. "Tenaga medis harus menata komunikasi dan keramahan agar pasien dan keluarga merasa terlayani," ujarnya, Kamis, 11 September 2025.

Kepala Bidang Pelayanan Dinkes Lotim, Aries Fahrozi, menambahkan bahwa teguran sudah disampaikan melalui pimpinan puskesmas. "Kami minta tenaga jaga lebih sigap dan terampil. Pola jaga juga harus diatur ulang agar layanan lebih optimal," katanya. Fahrozi mengakui bahwa faktor komunikasi sering menjadi titik lemah yang memicu kesalahpahaman dan kekecewaan masyarakat.

Dua Kasus Mengerikan

Kasus pertama menimpa bayi Ahmad Al Farizi Arham (3 bulan 20 hari) di Puskesmas Sukaraja. Keluarga menuding puskesmas tidak memberikan penanganan darurat, bahkan menyebut obat sirup tidak tersedia dan tidak ada dokter di tempat. Bayi tersebut akhirnya meninggal setelah dibawa ke RS Patuh Karya Keruak.

Menanggapi tudingan ini, Kepala Puskesmas Sukaraja, Muksan Efendi, membantah adanya kelalaian. Ia mengklaim petugas sudah menyarankan agar pasien langsung dirujuk ke rumah sakit karena usia bayi yang berisiko tinggi. Namun, keluarga memilih untuk mencari obat terlebih dahulu. "Kami sudah arahkan ke RS, hanya saja keluarga tidak segera membawa pasien ke sana," tegasnya.

Kasus kedua melibatkan pasien lansia, Sukmin (65), di Puskesmas Montong Betok. Keluarga pasien mengaku mendapat penolakan layanan karena ruang perawatan penuh. Mereka bahkan terpaksa membawa pasien dengan mobil pikap karena ambulans puskesmas disebut tidak bisa digunakan. Syaiful Idris, Kepala Puskesmas Montong Betok, membela diri dengan menyatakan bahwa tim medis sudah bertindak sesuai prosedur. Ia menjelaskan bahwa ruang UGD dan rawat inap memang penuh, dan pihak puskesmas sudah menyiapkan surat rujukan ke rumah sakit.

Tragedi ini memicu gelombang kritik dari masyarakat, baik di dunia nyata maupun di media sosial. Warga berharap Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan Dinkes segera melakukan evaluasi total dan perbaikan mutu layanan kesehatan agar kejadian serupa tidak terulang.