MATARAM – Kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Bio Solar yang melanda wilayah Pulau Sumbawa memicu gelombang protes di ibu kota provinsi. Puluhan aktivis dari Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) MPO Badko Bali-Nusra menggelar aksi unjuk rasa di depan kantor PT Pertamina Patra Niaga Regional Jatimbalinus, Kota Mataram, Selasa (23/12) pagi.
Massa menyoroti penderitaan para petani dan nelayan yang kesulitan mendapatkan Solar, serta menuding adanya praktik monopoli dan permainan distribusi di internal Pertamina wilayah NTB.
Korlap aksi, Imam Aris Murdani, dalam orasinya mengungkapkan hasil investigasi lapangan yang menunjukkan kondisi kritis di sejumlah SPBU sentral, salah satunya SPBU Rabakodo di Kabupaten Bima. Selama tiga hari terakhir, pasokan Solar dilaporkan terhenti total, menyebabkan warga dari berbagai kecamatan seperti Woha dan Langgudu terlantar.
"Petani dan nelayan kita bolak-balik ke SPBU tapi hasilnya nihil. Pihak SPBU mengaku tidak mendapat kiriman dari Pertamina. Ini adalah bentuk kelalaian yang nyata dan mematikan ekonomi masyarakat kecil," tegas Imam di depan gerbang Pertamina.
Selain kelangkaan fisik, mahasiswa juga memprotes kerumitan sistem pembuatan barcode pembelian BBM yang dinilai justru menyulitkan masyarakat awam ketimbang mempermudah distribusi.
HMI MPO Badko Bali-Nusra menilai krisis ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan akibat dari buruknya manajerial oknum pejabat di lingkungan Pertamina Patra Niaga wilayah NTB. Mereka secara spesifik menuntut pencopotan sejumlah pejabat strategis.
Berikut adalah poin-poin utama tuntutan massa aksi:
1. Pencopotan Pejabat: Mendesak evaluasi dan pencopotan Sales Area Manager (SAM) dan Sales Brand Manager (SBM) wilayah NTB yang dinilai bertanggung jawab atas karut-marut distribusi.
2. Normalisasi Pasokan: Meminta Pertamina segera melakukan dropping BBM ke wilayah Pulau Sumbawa, khususnya daerah yang menjadi sentra petani dan nelayan.
3. Transparansi Distribusi: Mendesak pihak direksi pusat untuk memeriksa dugaan praktik permainan jadwal pasokan yang merugikan pihak SPBU dan konsumen.
Hingga aksi berakhir pada pukul 12.05 WITA, tidak ada satu pun perwakilan dari pihak PT Pertamina Patra Niaga yang menemui massa aksi untuk memberikan penjelasan atau ruang audiensi.
Kekecewaan ini membuat massa mengancam akan kembali dengan eskalasi massa yang lebih besar. "Jika tuntutan ini tidak segera diindahkan dan Solar tetap langka, kami pastikan akan melakukan aksi berjilid-jilid sampai ada solusi konkret bagi petani dan nelayan di Sumbawa," tutup Imam sebelum membubarkan massa dengan tertib.
